Robert Spiess adalah nama besar di kalangan haikuist Amerika dan
Eropa. Lahir pada pertangahan Oktober 1921, ia menghembuskan nafasnya yang
terakhir pada Maret 2002. Menulis haiku pertamanya pada usia 27 tahun, Spiess
tumbuh menjadi penyair dengan reputasi besar berkat buku-buku dan dedikasinya
terhadap haiku. Ia menerima berbagai penghargaan internasional, dan namanya
diabadikan untuk penghargaan yang diberikan oleh Modern Haiku kepada haiku yang
paling menonjol dalam setiap terbitan jurnal itu.
Pada tahun 1969, Modern Haiku mempublikasikan beberapa haiku
Spiess, sepuluh tahun sebelum dia sendiri dipercaya menjadi editornya. Salah
satu yang ingin saya ulas di sini ada di halaman 18, Modern Haiku edisi Winter
1969. Haiku Spiess ini terselip di antara beberapa haiku lain yang tidak
dimasukkan ke dalam kategori Eminent Mention maupun Special Mention, yang
ketika itu berarti hadiah uang $10 atau langganan gratis jurnal tersebut selama
satu tahun (4 edisi). Hadiah yang cukup besar untuk ukuran jurnal haiku, pada
saat itu maupun sekarang ini, karena kebanyakan jurnal haiku --tidak terkecuali
yang digawangi oleh para editor jempolan-- tidak memberikan kompensasi materi
apapun.
Newly rich and proud
--unaware that each lampshade
is showing its seam
Haiku ini mengadaptasi meter pada haiku tradisional Jepang
dengan 17 onji, sehingga hitungan suku katanya menjadi sama persis. Lainnya,
Spiess secara tidak lazim menambahkan em dash pada awal baris kedua,
jika ini dianggap sebagai bentuk adaptasi kireji yang lazim ada di akhir
baris dalam haiku berbahasa Jepang yang ditulis dengan romanji.
Meskipun terlihat berpatron tradisi haiku Jepang, Spiess tidak
menggunakan kigo yang menjadi ciri seasonal haiku. Ini bukan hal aneh
dalam haiku berbahasa Inggris (ELH) karena tidak sedikit kalangan yang
"menyimpang" dari aturan-aturan tradisional haiku. Dengan melucuti
kigo dari haiku, mereka mendorong genre ini ke wilayah yang lebih bisa
diterima oleh banyak orang, terutama penduduk di negara-negara tropik, yang
tidak memiliki penanda musim tipikal kawasan subtropik. Sebagian lain ada yang
mencoba memoderasi konsep kigo menjadi sekadar topik atau subjek-subjek yang
menjadi ciri kultural pada masyarakat tertentu. Anggap saja sebagai misal,
haikuist Indonesia bisa menjadikan durian atau mangga sebagai ekuivalen untuk
kigo, atau sekaten di Jogja bisa menjadi penanda budaya lokal.
Selain non seasonal, haiku Spiess ini terasa
seperti senryu; satir tentang tabiat manusia. Mari kita simak mulai baris
pertama;
Newly rich and proud
Baris pertama memperlihatkan sisi manusiawi yang kerap menjadi
satir; kebanggaan terhadap keberhasilan diri sendiri dan keinginan untuk
memperlihatkan kepada orang lain. Semacam naluri untuk pamer yang melekat pada
seseorang sebagaimana diwakili oleh istilah newly rich, orang kaya baru.
Nouveau riche, newly rich atau OKB menunjuk seseorang dari kelas sosial yang
lebih rendah, yang mendapatkan kemakmuran melalui tanggannya sendiri, bukan
diwariskan oleh orang tuanya. Lebih dari itu, nouveau riche juga menunjuk pada
perilaku konsumtif mereka yang vulgar. Secara sosiologis, nouveau
riche dianggap membawa kebiasaan dan nilai berbeda dibanding orang-orang
yang secara turun-temurun memang kaya raya (Old money). Di masyarakat
Amerika tahun 60an, nouveau riche memang mengandung stereotip yang tidak
menyenangkan akibat dari respon kalangan elit lama yang menguasai ekonomi dan
kawasan-kawasan eksklusif negeri itu. Pada baris pertama, Spiess berbicara
banyak mengenai pertumbuhan masyarakat Amerika yang selama 30 tahun memulihkan
diri dari kehancuran akibat Depresi Besar tahun 1929.
--unaware that each lampshade
is showing its seam
Pada baris kedua dan ketiga, Spiess menyodorkan kontras yang
terlihat pada kaum nouveau riche; kegagapan-kegagapan menghayati pengalaman
pada status sosial yang baru. Semacam anomie, yang lazim dialami oleh seseorang
sebelum berhasil menyesuaikan diri dengan status sosial baru dan kebiasaan dan
nilai-nilai yang khas. Lihatlah bagaimana Spiess secara sangat lembut memilih
cara pengungkapan simbolik berupa jahitan yang tidak rapi pada kap lampu si
OKB.
Selain vulgar dalam menunjukkan kemakmurannya, kaum OKB juga
berselera rendah dalam pandangan elit lama Amerika kala itu. Dan, para OKB
tidak menyadari hal itu, atau, dari cara pandang yang lebih netral, mereka
memang tidak melihatnya sebagai persoalan. Stereotyping itu yang
ditampilkan oleh Spiess melalui "lampshade showing its seam". Pada
cakupan yang lebih luas, unawareness pada haiku Spiess sebenarnya
menegaskan bahwa mobilitas spasial, kultural maupun sosial bisa
berimplikasi lag dalam berbagai bentuknya.
Kata lampshade pada baris kedua mengingatkan kita pada
Masaoka Shiki, yang menulis haiku pada lembar-lembar kertas yang digunakan pada
peneduh lampu, setelah ia menjauhkan buku catatan yang biasa ia gunakan menulis
puisi. Beichman, dalam Masaoka Shiki; His Life and Works menulis bahwa Shiki
adalah contoh penyair besar yang secara akademik gagal. Shiki, seperti dikutip
Beichman, mengaku kesulitan menahan diri untuk tidak menulis haiku, sekalipun
ia tengah menghadapi ujian. Keinginannya untuk lulus kuliah memaksanya
meninggalkan buku puisinya. Katanya, "setiap kali aku membuka buku catatan
itu, rangkaian haiku berisi 17 suku kata mendadak muncul dalam fikiran sehingga
aku harus menjauhinya." Selanjutnya, Shiki mengakui kegagalannya
secara akademik di Fakultas Sastra Universitas Tokyo karena dorongan yang
terlalu kuat untuk menulis haiku. "Ujian tidak berarti apa-apa untukku
ketika yang muncul kemudian adalah haiku. Aku tersihir oleh haiku dan tidak ada
yang bisa menyelamatkanku. Aku gagal ujian akhir pada tahun 1892 dan akhirnya
drop out." Spiess, entah seberapa besar hubungannya dengan haiku di
atas, menerima penghargaan Shiki Masaoka International Haiku Prize pada tahun
2000 untuk dedikasinya yang tak terbantahkan dalam menyebarluaskan haiku di
luar asal muasal genre itu.
Sejauh ini haiku Spiess memang tidak menunjuk pada lapisan
tertentu yang mudah dikenali identitasnya. Namun, konteks situasi Amerika pada
akhir dekade 60an dan 70an ditandai oleh munculnya gerakan protes dari warga
Afroamerican yang memunculkan Malcolm X sekaligus menjadikan Casius Clay,
petinju yang belakangan mengganti namanya menjadi Muhammad Ali, menjadi legenda
dari keterlibatannya dalam aktifitas politik kulit hitam. Mereka, warga
Afroamerican dan juga warga keturunan Amerika Latin (hispanic) ketika itu
adalah warga kelas dua. Karenanya, bisa jadi Spiess berbicara mengenai
kemunculan warga kulit hitam dan hispanik yang meraih kesuksesan dan
kesejahteraan dengan cara mereka; tinju, blues dan bola basket. Meskipun bisa
dianggap membawa bias elit lama dan kulit putih Amerika, haiku Spiess adalah
kesaksian mengenai jarak antara elit lama dengan para nouveau riche.
Saya tidak tahu apakah
nouveau riche dalam lanskap sosial politik dan ekonomi Amerika saat ini
masih berkonotasi sama seperti 50 tahun silam.
No comments:
Post a Comment