Wednesday, January 9, 2013

Membaca haiku; Nouveau riche Robert Spiess


Robert Spiess adalah nama besar di kalangan haikuist Amerika dan Eropa. Lahir pada pertangahan Oktober 1921, ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada Maret 2002. Menulis haiku pertamanya pada usia 27 tahun, Spiess tumbuh menjadi penyair dengan reputasi besar berkat buku-buku dan dedikasinya terhadap haiku. Ia menerima berbagai penghargaan internasional, dan namanya diabadikan untuk penghargaan yang diberikan oleh Modern Haiku kepada haiku yang paling menonjol dalam setiap terbitan jurnal itu.

Pada tahun 1969, Modern Haiku mempublikasikan beberapa haiku Spiess, sepuluh tahun sebelum dia sendiri dipercaya menjadi editornya. Salah satu yang ingin saya ulas di sini ada di halaman 18, Modern Haiku edisi Winter 1969. Haiku Spiess ini terselip di antara beberapa haiku lain yang tidak dimasukkan ke dalam kategori Eminent Mention maupun Special Mention, yang ketika itu berarti hadiah uang $10 atau langganan gratis jurnal tersebut selama satu tahun (4 edisi). Hadiah yang cukup besar untuk ukuran jurnal haiku, pada saat itu maupun sekarang ini, karena kebanyakan jurnal haiku --tidak terkecuali yang digawangi oleh para editor jempolan-- tidak memberikan kompensasi materi apapun. 

Newly rich and proud
--unaware that each lampshade
    is showing its seam

Haiku ini mengadaptasi meter pada haiku tradisional Jepang dengan 17 onji, sehingga hitungan suku katanya menjadi sama persis. Lainnya, Spiess secara tidak lazim menambahkan em dash pada awal baris kedua, jika ini dianggap sebagai bentuk adaptasi kireji yang lazim ada di akhir baris dalam haiku berbahasa Jepang yang ditulis dengan romanji.

Meskipun terlihat berpatron tradisi haiku Jepang, Spiess tidak menggunakan kigo yang menjadi ciri seasonal haiku. Ini bukan hal aneh dalam haiku berbahasa Inggris (ELH) karena tidak sedikit kalangan yang "menyimpang" dari aturan-aturan tradisional haiku. Dengan melucuti kigo dari haiku, mereka mendorong genre ini ke wilayah yang lebih bisa diterima oleh banyak orang, terutama penduduk di negara-negara tropik, yang tidak memiliki penanda musim tipikal kawasan subtropik. Sebagian lain ada yang mencoba memoderasi konsep kigo menjadi sekadar topik atau subjek-subjek yang menjadi ciri kultural pada masyarakat tertentu. Anggap saja sebagai misal, haikuist Indonesia bisa menjadikan durian atau mangga sebagai ekuivalen untuk kigo, atau sekaten di Jogja bisa menjadi penanda budaya lokal.

Selain non seasonal, haiku Spiess ini terasa seperti senryu; satir tentang tabiat manusia. Mari kita simak mulai baris pertama;

Newly rich and proud

Baris pertama memperlihatkan sisi manusiawi yang kerap menjadi satir; kebanggaan terhadap keberhasilan diri sendiri dan keinginan untuk memperlihatkan kepada orang lain. Semacam naluri untuk pamer yang melekat pada seseorang sebagaimana diwakili oleh istilah newly rich, orang kaya baru. Nouveau riche, newly rich atau OKB menunjuk seseorang dari kelas sosial yang lebih rendah, yang mendapatkan kemakmuran melalui tanggannya sendiri, bukan diwariskan oleh orang tuanya. Lebih dari itu, nouveau riche juga menunjuk pada perilaku konsumtif mereka yang vulgar. Secara sosiologis, nouveau riche dianggap membawa kebiasaan dan nilai berbeda dibanding orang-orang yang secara turun-temurun memang kaya raya (Old money). Di masyarakat Amerika tahun 60an, nouveau riche memang mengandung stereotip yang tidak menyenangkan akibat dari respon kalangan elit lama yang menguasai ekonomi dan kawasan-kawasan eksklusif negeri itu. Pada baris pertama, Spiess berbicara banyak mengenai pertumbuhan masyarakat Amerika yang selama 30 tahun memulihkan diri dari kehancuran akibat Depresi Besar tahun 1929. 

--unaware that each lampshade
    is showing its seam

Pada baris kedua dan ketiga, Spiess menyodorkan kontras yang terlihat pada kaum nouveau riche; kegagapan-kegagapan menghayati pengalaman pada status sosial yang baru. Semacam anomie, yang lazim dialami oleh seseorang sebelum berhasil menyesuaikan diri dengan status sosial baru dan kebiasaan dan nilai-nilai yang khas. Lihatlah bagaimana Spiess secara sangat lembut memilih cara pengungkapan simbolik berupa jahitan yang tidak rapi pada kap lampu si OKB. 

Selain vulgar dalam menunjukkan kemakmurannya, kaum OKB juga berselera rendah dalam pandangan elit lama Amerika kala itu. Dan, para OKB tidak menyadari hal itu, atau, dari cara pandang yang lebih netral, mereka memang tidak melihatnya sebagai persoalan. Stereotyping itu yang ditampilkan oleh Spiess melalui "lampshade showing its seam". Pada cakupan yang lebih luas, unawareness pada haiku Spiess sebenarnya menegaskan bahwa mobilitas spasial, kultural maupun sosial bisa berimplikasi lag dalam berbagai bentuknya.

Kata lampshade pada baris kedua mengingatkan kita pada Masaoka Shiki, yang menulis haiku pada lembar-lembar kertas yang digunakan pada peneduh lampu, setelah ia menjauhkan buku catatan yang biasa ia gunakan menulis puisi. Beichman, dalam Masaoka Shiki; His Life and Works menulis bahwa Shiki adalah contoh penyair besar yang secara akademik gagal. Shiki, seperti dikutip Beichman, mengaku kesulitan menahan diri untuk tidak menulis haiku, sekalipun ia tengah menghadapi ujian. Keinginannya untuk lulus kuliah memaksanya meninggalkan buku puisinya. Katanya, "setiap kali aku membuka buku catatan itu, rangkaian haiku berisi 17 suku kata mendadak muncul dalam fikiran sehingga aku harus menjauhinya."  Selanjutnya, Shiki mengakui kegagalannya secara akademik di Fakultas Sastra Universitas Tokyo karena dorongan yang terlalu kuat untuk menulis haiku. "Ujian tidak berarti apa-apa untukku ketika yang muncul kemudian adalah haiku. Aku tersihir oleh haiku dan tidak ada yang bisa menyelamatkanku. Aku gagal ujian akhir pada tahun 1892 dan akhirnya drop out." Spiess, entah seberapa besar hubungannya dengan haiku di atas, menerima penghargaan Shiki Masaoka International Haiku Prize pada tahun 2000 untuk dedikasinya yang tak terbantahkan dalam menyebarluaskan haiku di luar asal muasal genre itu. 

Sejauh ini haiku Spiess memang tidak menunjuk pada lapisan tertentu yang mudah dikenali identitasnya. Namun, konteks situasi Amerika pada akhir dekade 60an dan 70an ditandai oleh munculnya gerakan protes dari warga Afroamerican  yang memunculkan Malcolm X sekaligus menjadikan Casius Clay, petinju yang belakangan mengganti namanya menjadi Muhammad Ali, menjadi legenda dari keterlibatannya dalam aktifitas politik kulit hitam. Mereka, warga Afroamerican dan juga warga keturunan Amerika Latin (hispanic) ketika itu adalah warga kelas dua. Karenanya, bisa jadi Spiess berbicara mengenai kemunculan warga kulit hitam dan hispanik yang meraih kesuksesan dan kesejahteraan dengan cara mereka; tinju, blues dan bola basket. Meskipun bisa dianggap membawa bias elit lama dan kulit putih Amerika, haiku Spiess adalah kesaksian mengenai jarak antara elit lama dengan para nouveau riche. 

Saya tidak tahu apakah nouveau riche dalam lanskap sosial politik dan ekonomi Amerika saat ini masih berkonotasi sama seperti 50 tahun silam. 

No comments:

Post a Comment